TRIPOLI (Berita SuaraMedia) – Pemimpin Libya Muammar Gaddafi pada hari Minggu (20/3) mengatakan bahwa para pendukungnya mempersiapkan sebuah perang yang panjang dan akan mengalahkan negara-negara Barat yang menyerbu pasukannya dengan serangan udara dalam waktu semalam.
Gaddafi, pemimpin yang telah berkuasa selama empat dekade, berulang kali menegaskan bahwa dirinya tidak akan bisa dipaksa turun oleh "aliansi pasukan salib" yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
"Ini adalah perang salib melawan Muslim, khususnya melawan rakyat Libya. Mereka (Barat) yakin bahwa mereka akan membuat takut rakyat Libya. Ini hanyalah cara-cara teroris, dan hanya pasukan yang ada di darat yang akan meraih kemenangan," kata Gaddafi.
"Mereka (Barat) pasti akan kalah. Mereka tidak akan mampu membuat rakyat menyerah. Saat ini semua orang memiliki senjata. Kami akan melawan kalian jika kalian melanjutkan agresi terhadap kami," kata Gaddafi dalam pidato yang disiarkan di televisi Libya.
Stasiun televisi tersebut hanya memperdengarkan suara Gaddafi tanpa tampilan visual. "Kalian adalah teroris. Kalian memerangi rakyat yang tidak mengundang kedatangan kalian. Libya telah menjadi neraka di hadapan para musuh. Ini adalah agresi yang tidak dapat dibenarkan. Kami tidak akan meninggalkan tanah kami dan kami akan memerdekakannya," kata Gaddafi.
"Kami tidak akan membiarkan Amerika, Perancis, dan Inggris atau pasukan sekutu menikmati minyak kami," tambahnya.
"Semua kota di Libya akan bangkit dan kami akan menyingkirkan semua pengkhianat yang bekerja sama dengan Amerika dan aliansi pasukan salib. Kami akan tetap bertahan dan kalian akan binasa. Kalian akan gagal. Kami tidak takut. Kemenangan kami sudah dipastikan," kata Gaddafi.
"Untuk membela kehormatan kami, kami siap berperang dalam waktu lama. Kalian akan kalah dan kalian akan mundur," tambahnya.
Gaddafi berpidato saat pasukan AS dan Eropa melancarkan serangan udara melalui pesawat tempur dan peluru kendali terhadap pasukan Gaddafi. Serangan tersebut merupakan intervensi militer Barat yang paling besar di dunia Arab sejak tahun 2003.
Televisi pemerintahan Libya menyebutkan bahwa ada 48 orang yang tewas dan 150 orang mengalami luka-luka akibat serangan udara tersebut.
Sebelumnya, Tripoli sempat menyerah pada tuntutan Dewan Keamanan PBB dan menyatakan gencatan senjata. Hal itu dilakukan setelah sejumlah negara mengumumkan persiapan serangan udara terhadap pasukan Gaddafi yang mendapatkan lampu hijau dari PBB.
Gencatan senjata tersebut diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Libya Mussa Kussa dalam sebuah pernyataan yang ditayangkan di televisi. Kussa berjanji pemerintah Libya akan melakukan yang terbaik untuk memastikan tercipta perdamaian dan ketertiban serta perlindungan terhadap hak asasi manusia di negara tersebut.
Sang menteri mengatakan bahwa Libya menghentikan segala bentuk operasi militer karena Libya merupakan anggota PBB dan oleh karena itu berkewajiban menerima semua resolusi PBB. Kussa mengatakan bahwa pemerintahan Libya berupaya melindungi warga sipil dan warga asing.
Kussa mengatakan bahwa pemerintah Libya siap bernegosiasi dengan pihak mana pun yang berkeinginan memelihara kedaulatan dan integritas teritorial Libya, ia mendesak dilakukan investigasi internasional terhadap keadaan tersebut.
Otoritas Libya sudah meminta pemerintah Malta, Turki, dan China mengirimkan peninjau ke Libya untuk mengawasi proses pemeliharaan perdamaian, demikian dilaporkan kantor berita Agence France-Presse. (dn/jp/rt) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Komentarnya