Khilafah wa DULLAH wa Busyara RASULULLAH

Prophethood (meaning Muhammad (SAW) himself) will remain with you for as long as Allah wills it to remain, then Allah will raise it up whenever he wills to raise it up. Afterwards, there will be a Caliphate that follows the guidance of Prophethood remaining with you for as long as Allah wills it to remain. Then, He will raise it up whenever He wills to raise it up. Afterwards, there will be a reign of violently oppressive [The reign of Muslim kings who are partially unjust] rule and it will remain with you for as long as Allah wills it to remain. Then, there will be a reign of tyrannical rule and it will remain for as long as Allah wills it to remain. Then, Allah will raise it up whenever He wills to raise it up. Then, there will be a Caliphate that follows the guidance of Prophethood.

تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثَمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكاً عَاضًّا فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكاً جَبْرِيًّا فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ. ثُمَّ سَكَتَ

Akan ada masa kenabian pada kalian selama yg Allah kehendaki Allah mengangkat atau menghilangkan kalau Allah menghendaki. Lalu akan ada masa khilafah di atas manhaj nubuwwah selama Allah kehendaki kemudian Allah mengangkat jika Allah menghendaki. Lalu ada masa kerajaan yg sangat kuat selama yg Allah kehendaki kemudian Allah mengangkat bila Allah menghendaki. Lalu akan ada masa kerajaan selama yg Allah kehendaki kemudian Allah mengangkat bila Allah menghendaki. Lalu akan ada lagi masa kekhilafahan di atas manhaj nubuwwah.“ Kemudian beliau diam.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selamat Datang di Web Site kami

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

HTI Channel live streaming

Watch live streaming video from htichannel at livestream.com

Selasa, 22 Maret 2011

petuah Bijak Ali ibn Abi Thalib

Kumail bin Ziyad (1) berkata, bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu (2) menggandeng tanganku kemudian mengajakku keluar ke arah dataran tinggi. Ketika kami telah berada di tempat yang tinggi, Ali bin Thalib radhiallahu’anhu duduk kemudian menarik nafas panjang. Ia berkata:
Wahai Kumail bin Ziyad, sesungguhnya hati adalah wadah, dan hati yang paling baik ialah hati yang paling sadar. Jagalah apa yang saya katakan padamu; Manusia itu terbagi ke dalam tiga kelompok; ulama Rabbani (3), penuntut ilmu di atas jalan keselamatan (4), dan orang-orang awam pengikut semua penyeru (5). Kelompok terakhir miring bersama dengan hembusan angin, tidak bersinar dengan cahaya ilmu dan tidak bersandar pada tiang yang kokoh.Ilmu lebih baik daripada harta. Ilmu menjagamu, sedang engkau yang menjaga harta (6). Ilmu bertambah dengan diamalkan (7), sedang harta berkurang dengan membelanjakannya. Dan mencintai seorang ‘alim (para ulama) adalah agama yang mana kita beragama dengannya (8). Ilmu membuat ulama ditaati sepanjang hidupnya dan dikenang sepeninggalnya, sedang kebaikan karena harta itu hilang bersamaan dengan hilangnya harta.Para penyimpan harta telah mati padahal sebenarnya mereka hidup, sedang para ulama abadi sepanjang zaman. Diri mereka telah sirna namun keteladanan mereka tetap melekat di dalam hati.(9)

Catatan kaki:
1. Kumail bin Ziyad bin Nahik An Nakha’i adalah salah seorang Tabi’in Tsiqah. Nasihat ini banyak ditulis oleh para ulama. Ini merupakan nasihat yang penting dicatat dengan tinta emas. Karena nasihat beliau sangat bermanfaat khususnya bagi orang-orang yang hendak menutut ilmu.

2. Beliau adalah Abul Hasan, sepupu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, dan beliau adalah khalifah yang keempat, dan sekaligus beliau adalah menantu Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Telah diceritakan oleh Sahl bin Sa’d As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:“Nama yang paling disukai oleh ‘Ali adalah Abu Turab. Dia senang sekali dengan nama yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu. Suatu hari, ‘Ali marah kepada Fathimah, lalu dia keluar dari rumah menuju masjid dan berbaring di dalamnya. Bertepatan dengan kejadian tersebut Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam datang ke rumah putrinya, Fathimah, namun beliau tidak mendapatkan ‘Ali di rumah. “Mana anak pamanmu itu?”, tanya beliau. “Telah terjadi sesuatu antara aku dan dia, dan dia marah padaku lalu keluar dari rumah. Dia tidak tidur siang di sisiku,” jawab Fathimah. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam berkata kepada seseorang: “Lihatlah di mana Ali.” Orang yang disuruh tersebut datang dan mengabarkan: “Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur.” Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mendatanginya, yang ketika itu ‘Ali sedang berbaring dan beliau dapatkan rida`-nya (kain pakaian bagian atas) telah jatuh dari punggungnya. Mulailah beliau mengusap pasir dari punggungnya seraya berkata: “Duduklah wahai Abu Turab. Duduklah wahai Abu Turab.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Ulama Rabbani ialah ulama yang mengamalkan ilmunya, dan bijak dalam memimpin umat. Ulama Rabbani disebutkan oleh Imam Bukhari rahimahullahu di dalam shahih Bukhari di kitabul ‘ilmi ketika beliau menjelaskan tentang Rabbani: “Ia mendidik mereka mulai dari ilmu yang kecil kepada ilmu yang besar. “Dari sini para ulama mengajarkan kepada kita bagaimana cara kita menuntut ilmu. Tidak mungkin ada seseorang yang mampu naik ke tingkat dua tanpa tangga. Artinya seseorang tidak akan mungkin mendapatkan ilmu-ilmu yang tinggi, meluas dan besar sebelum ia melewati ilmu yang dasar terlebih dahulu.

4. Ia mempelajari untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan ini disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam di dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya dipelajari dalam rangka mengharapkan wajah Allah, namun ternyata mempelajarinya karena ingin beroleh materi dari dunia ini, ia tidak akan mencium wangi surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, shahih).  Ini ancaman bagi yang menuntut ilmu bukan untuk mencari jalan keselamatan.

5. Ini adalah orang yang tidak memiliki pondasi, dalam keadaan ia tidak mempunyai hidayah yang tidak bisa membedakan yang haq dan bathil. Dinamakan muqallid (orang yang taqlid) yang tidak memiliki ilmu hanya sekedar ikut-ikutan, tidak memiliki landasan yang kokoh.

6. Kalau seseorang memiliki ilmu, maka ilmu itulah yang menjaganya yang bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Ketika seseorang berusaha menggoda untuk terjerumus ke dalam perbuatan yang bathil, maka dengan ilmu ia mampu menahan. Maka ilmu ini yang menjaga kita untuk tidak terjerumus ke dalam beberapa penyimpangan. Namun harta, maka kita yang menjaganya dari kecopetan atau kecurian. Oleh karena itu orang-orang pengumpul harta selalu hidup dalam keadaan ketakutan, khawatir jangan sampai hartanya hilang, itu yang selalu mereka pikirkan.

7. Karena ilmu memang untuk diamalkan. Apabila seseorang mengamakan ilmu maka akan lebih mudah ia menghafal ilmu tersebut. Oleh karena itu para ulama salaf berkata, “Apabila kamu mau menghafal hadits, maka amalkan hadits itu.”

8. Mencintai ulama adalah agama karena memang Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan kita demikian. Allah Subhanahu wata’ala memuji para ulama dalam al-Qur.an;
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ [فاطر/28
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah Subhanahu wata’ala dari hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Faathir: 28)
Apa-apa yang dipuji Allah adalah hal yang paling layak untuk dicintai. Apalagi pujian Allah kepada para ulama adalah karena mereka punya rasa takut kepada-Nya, yang maknanya sikap yang ia tempuh adalah atas dasar rasa takut kepada Allah. Maka kita bisa melihat sejarah hidup para ulama hampir bisa dipastikan diuji oleh Allah dengan ujian yang berat oleh manusia, mereka dipenjara, disiksa, dicambuk di depan umum, diasingkan, dituduh dengan keji, bahkan dibunuh oleh karena keteguhannya memegang dien ini atas dasar rasa takut kepada Allah bukan kepada makhluk. Jadi, cintailah ulama Robbani dan berhati-hatilah atasnya.

9. Inilah ulama yang selalu dikenang sepanjang masa. Apabila mereka disebut-sebut selalu disertai dengan Rahimahullahu (semoga Allah Subhanahu wata’ala merahmatinya). Ketika disebut nama shahabat dalam hadits selalu disertai dengan Radhiallahu’anhu (semoga Allah Subhanahu wata’ala meridhainya).Dan memang Allah Subhanahu wata’ala memberikan keselamatan pada seseorang adalah karena ilmu, ia beramal dengan landasan ilmu. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِىَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Akan terus menerus ada sekelompok dari umatku yang mendzahirkan al haq, tidak bermudharat bagi mereka orang yang menyelisihi mereka hingga datang perkara Allah sementara mereka dalam keadaan demikian.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Imam al-Bukhari ketika menjelaskan hadits ini, siapa yang dimaksudkan hadits ini, yaitu orang-orang yang memiliki ilmu. Oleh karena itu ciri ahli hadits adalah mereka mengamalkan suatu amalan dilandasi dengan ilmu dari Al-Qur.an dan As-Sunnah.Sudah berapa zaman nama para shahabat sering disebut-sebut seakan-akan mereka masih hidup. Ketika dikatakan hadits dari Abu Hurairah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Abu Sa’id Al Khudri dan para shahabat yang lainnya dari zaman dahulu, Ketika mereka diangkat oleh Allah Subhanahu wata’ala dengan ilmu sampai sekarang disebut-sebut dalam banyak hadits seakan-akan mereka masih hidup karena mereka adalah orang-orang yang membawakan ilmu yang menukilkan ilmu itu kepada kita. Kita harus membaca sejarah-sejarah mereka dan kita berusaha untuk mengikuti mereka, karena mereka adalah contoh riil umat ini yang masa depannya jelas, yakni Surga. Allahlah sebaik-baik petunjuk..
(zakariyya Iman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentarnya

Jam Digital

Kalender Hijriyah